Pemerintah melalui Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya, sudah resmi mengeluarkan peraturan kantong plastik berbayar jika ingin berbelanja di swalayan atau lainnya, dengan membayar seharga Rp.200,-. Hal ini untuk mengurangi sampah plastik yang menumpuk, dimana butuh puluhan tahun mengalami proses terurainya. Dengan harapan yang mau berbelanja dapat membawa sendiri kantong/tas belanjaannya.
Karena itu wawasan tentang pengelolaan sampah wajib kita
miliki, sebagai peran serta kita dalam menjaga lingkungan hidup agar tetap
bersih, indah dan nyaman untuk tempat tinggal bukan hanya untuk generasi
sekarang tapi juga untuk anak cucu kelak.
Kenapa sampah harus dikelola dengan baik karena ini
alasannya. Tidak semua sampah dapat membusuk/terurai dengan cepat. Sampah
organik memerlukan waktu yang tidak lama untuk membusuk secara alami, tapi sampah an-organik memerlukan
waktu yang lama bahkan ada yang ratusan tahun baru membusuk. Karena itu kita
harus cerdas dalam menggunakan barang-barang sehingga tidak menghasilkan sampah
yang merusak lingkungan.
Berikut ini daftar terurainya sampah-sampah:
NO
|
JENIS SAMPAH
|
KATEGORI
|
WAKTU
|
1
|
Daun, buah, sayuran
|
Organik
|
2-4 minggu
|
2
|
Kulit Jeruk
|
Organik
|
6 Bulan
|
3
|
Kayu
|
Organik
|
10-15 tahun
|
4
|
Kertas
|
An-organik
|
2 – 5 Bulan
|
5
|
Kardus/Karton
|
An-organik
|
5 Bulan
|
6
|
Kain nilon
|
An-organik
|
30 - 40 tahun
|
7
|
Kain katun
|
An-organik
|
2-5 bulan
|
8
|
Filter Rokok
|
An-organik
|
10 – 12 Tahun
|
9
|
Kantung Plastik
|
An-organik
|
10 – 20 Tahun
|
10
|
Benda Berbahan Kulit
|
An-organik
|
25 – 43 Tahun
|
11
|
Baju/Kaos Kaki yang berbahan Nilon
|
An-organik
|
30 – 40 Tahun
|
12
|
Plastik Keras (Botol Plastik, Tupperware, dll)
|
An-organik
|
50 – 80 Tahun
|
13
|
Jaring Ikan
|
An-organik
|
30 – 40 Tahun
|
14
|
Aluminium
|
An-organik
|
80 – 100 Tahun
|
15
|
Batu Baterai bekas
|
An-organik
|
100 Tahun
|
16
|
Kaleng Timah
|
An-organik
|
200 – 400 Tahun
|
17
|
Botol kaca / Benda berbahan kaca
|
An-organik
|
1 Juta Tahun
|
18
|
Styrofoam
|
An-organik
|
Tidak Dapat Terurai
|
19
|
Botol plastic
|
An-organik
|
tak dapat diperkirakan waktu hancurnya
|
Mengenal Sampah Plastik dan Penanganannya.
Berikut kita kutip tulisan dari M. Syamsiro, M.Eng ; mahasiswa pasca sarjana di Tokyo Institute of Technology, Jepang dan Dosen di Fakultas Teknik Universitas Janabadra Yogyakarta. Tentang Penanganan sampah plastik. sumber :M.Syamsiro. M.Eng.
Hampir setiap orang pasti tidak akan terlepas dari yang
namanya bahan plastik dalam aktivitasnya sehari-hari. Ya, memang plastik telah
menjadi komponen penting dalam kehidupan modern saat ini dan peranannya telah
menggantikan kayu dan logam mengingat kelebihan yang dimilikinya antara lain
ringan dan kuat, tahan terhadap korosi, transparan dan mudah diwarnai, serta sifat
insulasinya yang cukup baik.
Sifat-sifat bahan plastik inilah yang membuatnya sulit
tergantikan dengan bahan lainnya untuk berbagai aplikasi khususnya dalam
kehidupan sehari-hari mulai dari kemasan makanan, alat-alat rumah tangga,
mainan anak, elektronik sampai dengan komponen otomotif. Peningkatan penggunaan
bahan plastik ini mengakibatkan peningkatan produksi sampah plastik dari tahun
ke tahun. Sebagai gambaran konsumsi plastik di Indonesia mencapai 10 kg
perkapita pertahun, sehingga dapat diprediksikan sebesar itulah sampah plastik
yang dihasilkan.
Seperti telah kita ketahui bersama bahwa plastik sangat
sulit terurai dalam tanah, membutuhkan waktu bertahun-tahun dan ini akan
menimbulkan permasalahan tersendiri dalam penanganannya. Pembuangan di Tempat
Pembuangan Akhir (TPA) sampah bukanlah solusi yang cukup bijak dalam
pengelolaan sampah plastik ini. Peranan para pemulung dalam mengurangi timbunan
sampah plastik patut mendapat apresiasi meskipun ini tidak bisa menghilangkan
seratus persen sampah plastik yang ada. Perlu adanya manajemen sampah plastik
mulai dari lingkungan terkecil yaitu rumah tangga hingga skala besar meliputi
kawasan kota yang dikelola oleh pemerintah kota atau daerah setempat. Untuk
memudahkan pengelolaan sampah plastik pada skala rumah tangga, maka perlu
adanya pemahaman tentang jenis-jenis plastik, kandungan materialnya, hingga
dampaknya terhadap lingkungan sehingga diharapkan terbentuk manajemen
pengelolaan yang tepat.
Gambar 2. Simbol recycling plastik yang ada pada produk
plastik.
Beberapa jenis plastik yaitu : · PET atau PETE, atau
polyethylene therephthalate. Ringan, murah, dan mudah membuatnya. Penggunaannya
terutama pada botol minuman soft drink, tempat makanan yang tahan microwave dan
lain-lain. · HDPE (high density polyethylene) Lebih kuat dan rentan terhadap
korosi, sedikit sekali resiko penyebaran kimia bila digunakan sebagai wadah
makanan, bisa digunakan untuk wadah shampoo, deterjen, kantong sampah. Mudah
didaur ulang. · PVC (polyvinyl chloride) Plastik jenis ini memiliki
karakteristik fisik yang stabil dan memiliki ketahanan terhadap bahan kimia,
cuaca, sifat elektrik dan aliran. Bahan ini paling sulit didaur ulang dan
paling sering kita jumpai penggunaannya pada pipa dan konstruksi bangunan. ·
LDPE (low density polyethylene) Bisa digunakan untuk wadah makanan dan
botol-botol yang lebih lembek. · PP (polypropylene) Plastik jenis ini mempunyai
sifat tahan terhadap kimia kecuali klorin, bahan bakar dan xylene, mempunyai
sifat insulasi listrik yang baik. Bahan ini juga tahan terhadap air mendidih
dan sterilisasi dengan uap panas. Aplikasinya pada komponen otomotif, tempat
makanan, karpet, dll. · PS (polystyrene) Jenis ini mempunyai kekakuan dan
kestabilan dimensi yang baik. Biasanya digunakan untuk wadah makanan sekali
pakai, kemasan, mainan, peralatan medis, dll.
Sampah plastik sebagai sumber energi
Mengingat kandungan energi yang tinggi dari bahan plastik,
maka potensi pemanfaatannya sebagai salah satu sumber energi memiliki prospek
yang cukup bagus di masa mendatang. Dari sini bisa didapatkan dua keuntungan
sekaligus yaitu mengurangi problem sampah dan juga menghasilkan energi yang
bisa digunakan untuk mengurangi ketergantungan pada sumber energi konvensional.
Beberapa teknologi bisa digunakan untuk mengkonversi sampah plastik menjadi
bahan bakar diantaranya yaitu :
Konversi ke bahan bakar padat
Dilakukan dengan mencacah sampah plastik dan kemudian
membriketnya untuk nantinya menjadi bahan bakar briket. Bahan bakar ini
kemudian bisa digunakan untuk pembakaran di tungku-tungku industri.
Konversi ke bahan bakar cair
Dengan menggunakan prinsip pirolisis dimana sampah plastik
dipanaskan pada suhu sekitar 500oC sehingga fasenya akan berubah menjadi gas
dan kemudian akan terjadi proses perengkahan (cracking). Setelah itu
didinginkan kembali dan bisa mendapatkan bahan bakar cair setara dengan bensin
dan solar.
Gambar Contoh minyak yang dihasilkan dari plastik jenis HDPE
(dokumen pribadi)
Konversi ke bahan bakar gas
Ini bisa dilakukan dengan teknologi gasifikasi
dimana sampah plastik dipanaskan pada suhu yang sangat tinggi mencapai 900oC
dengan prinsip oksidasi parsial. Sehingga akan dihasilkan gas hidrokarbon yang
bisa dimanfaatkan untuk keperluan industri. Sudah sepatutnya sampah plastik
tidak lagi menjadi permasalahan yang rumit dan bahkan bisa mendatangkan manfaat
dengan menghasilkan bahan bakar. Sekarang tinggal bagaimana mendorong
pemerintah daerah untuk menerapkan teknologi yang ada dan tentunya didukung
oleh seluruh masyarakat di dalam pengelolaan sampah yang berbasis komunitas
0 komentar: