Mata Air itu Jernih dan Bersih > Kultur itu Kearifan dan Kebijaksanaan > Spiritual itu Damai dan Hening >


Sebuah Kisah : Hari Itu (Episode 1)

ad+1

Hari Itu dan Pertemuan si Ujang Dengan Pengurut Cimande Yang Menurutnya Beliau Kiai Yang Membumi
(Episode 1).




Setiap orang pasti pernah mengalami musibah, termasuk salah satunya kisah si Ujang berikut. Hari itu yang si Ujang tahu hari Jum'at jam 8.00 wib lewat sedikit, tanggal 31 Agustus 2 tahun yang lalu klo ga salah. Si Ujang menabrak sebuah mobil pikup dengan begitu keras disuatu jalan. Dia tidak begitu ingat kejadian sebenarnya, yang pasti yang dia ingat mobil itu belok ke kanan dengan tiba-tiba, dimana dia yang berada dibelakangnya dengan Istrinya sudah tidak bisa lagi menghindari belokan mobil yang begitu mendadak itu. 

Teriakan Tuhan Maha Besar dalam agamanya AllahuAkbar yang masih terngiang dan teringat saat menabrak keras mobil itu dengan refleknya. Selebihnya dia tidak begitu ingat benar, dalam pandangannya yang diantara sadar tidak sadar dia merasa sedang ditengah jalan tergeletak. Dia sudah tidak memikirkan apa-apa selain banyak mengingat sang Pencipta, segala macam dzikir dia sebutkan, karena saat itu dia berpikir dalam hati mungkin sudah waktunya dia dipanggil oleh Sang Pencipta. 

Saat itu diantara sadar dan tidak sadar, si Ujang yang merasa tergeletak dijalan merasakan sekali betapa sulitnya bernapas, sesak sekali dadanya, sementara tubuhnya yang lain sudah tidak merasakan apapun, lemas sekali kaki dan tangannya. Lalu tidak lama terdengar suara istrinya menyebut-nyebut namanya sambil menyebut-nyebut nama Tuhan Sang Pencipta. Dalam hati si Ujang mengucap syukur sekali istrinya ternyata sudah sadar, dan tidak apa-apa, tinggal dia yang tidak berdaya dengan badannya sendiri yang lemas luar biasa dan sesak sekali napasnya.

Selepas itu si Ujang mengalami pergolakan batin dalam hati, satu sisi dia merasa harus ikhlas seandainya ini sudah waktunya dia hidup didunia, tapi disisi lain dia ketakutan sekali memikirkan istrinya, anak-anaknya, ibunya, keluarganya, dosa-dosanya dan lainnya, kalau seandainya itu waktunya dia meninggalkan mereka. Ditengah saat dia sedang berada antara sadar dan tidak sadar. Yang dia rasakan selanjutnya matanya berkunang-kunang, dia merasakan ada banyak orang yang melihat dan berusaha membantu mengangkat badannya yang tergeletak ditengah jalan untuk dipinggirkan dan dinaikkan ke dalam mobil untuk dibawa kerumah sakit terdekat. 

Si Ujang tidak begitu ingat apa selanjutnya yang terjadi, yang dia ingat saat itu dia sudah sadar dan berada disebuah rumah sakit, saat dia mau menggerakkan tangannya, ternyata begitu sakit perihnya yang dia rasakan, dia melihat kedua tangannya bengkok/patah dalam keadaan sadar, dan kakinya tidak bisa digerakkan karena begitu lemasnya sementara dadanya sangat sakit sekali setiap mau bernapas. Dia sepintas melihat istrinya yang sedang mengurus administrasi dan menelpon saudaranya dan lainnya mengabari kalau mereka mengalami kecelakaan.

Selang waktu berlalu, dia melihat kaka-kakanya datang, saat dia mau dibawa keruangan untuk di foto ronsen. Untuk memastikan melihat kondisi tulang dadanya, tulang tangannya, tulang kakinya, dan yang lainnya yang dia tidak paham dalam dunia medis.  

Singkatnya, hasil foto ronsen keluar, dia di informasikan langsung oleh dokternya, kalau kondisinya yang mengalami kecelakaan keras tersebut masih untung masih bisa selamat atau dalam keadaan hidup, tidak ada luka dalam dan luka bagian kepala terutama, tulang dadanya tidak ada yang patah, tangan kiri pergelangannya pindah ke arah kanan, sementara tangan kanannya patah total terbelah tulang dalamnya, kaki yang kanan dan kiri masih untung tidak ada yang patah, tapi paha kaki kirinya ada luka yang lumayan dalam dengan robekan lebar bebrapa centi , tapi sudah dijahit oleh dokternya. 

Melihat kondisinya yang lemah, dokter menyarankan kekeluarganya untuk segera dilakukan operasi untuk tulang yang patah. Tapi saat itu keputusan keluarganya berbeda, keluarganya lebih memilih untuk pengobatan tradisional yaitu Urut Cimande ke ahlinya. Karena keluarganya melihat kondisinya saat itu sudah dalam keadaan sadar sakali. Dan keluarga besarnya memang sudah sangat pengalaman untuk urusan patah tulang pasti dibawa urut Cimande karena banyak yang kenal dengan guru-guru di Cimande sana dan banyak yang menjadi muridnya. 

Hari itu memang hari paling bersejarah dalam kehidupan si Ujang, seumur dia hidup mendekati kepala tiga ini, dia baru mengalami hal seperti ini, banyak pelajaran yang bisa diambil olehnya. Terutama pelajaran yang membuat nyali ciut, yaitu harus dibawa urut Cimande pula, bukannya apa-apa, sepengetahuannya saat itu Cimande itu pengurutnya tidak ada ampun dalam urusan patah tulang, meski kebanyakan hasil akhirnya banyak yang sembuh kembali.

Bersambung ke (Episode 2)






0 komentar:

luvne.com ayeey.com cicicookies.com mbepp.com kumpulanrumusnya.comnya.com tipscantiknya.com