Mata Air itu Jernih dan Bersih > Kultur itu Kearifan dan Kebijaksanaan > Spiritual itu Damai dan Hening >


Gerhana Matahari, Antara Mitos, Sains, Prediksi dan Kebesaran Tuhan

ad+1


Gerhana matahari ada tiga macam yaitu gerhana matahari total,  gerhana matahari sebagian, dan gerhana matahari cincin. 

Gerhana Matahari Total

Gerhana matahari total atau disebut juga gerhana matahari sempurna. terjadi jika permukaan bumi tertutupi oleh bayang-bayang umbra bulan. Gerhana ini terjadi hanya di daerah yang terkena umbra (bayangan inti) bulan. 


Gerhana Matahari Sebagian

Gerhana matahari sebagian terjadi jika permukaan bumi tertutupi penumbra bulan. Jadi, matahari tidak tertutup sempurna oleh bulan. Pada gerhana matahri sebagian, masih ada bagian matahari yang yang terlihat terang. Waktu berlangsungnya gerhana matahari sebagian lebih lama dibanding dengan waktu berlangsungnya gerhana matahri total. Hal ini karena penumbra bulan lebih luas dari umbra bulan.

Gerhana Matahari Cincin

Gerhana matahari cincin terjadi pada saat bulan berada pada titik terjauhnya dari bumi. Pada kedudukan ini panjang kerucut umbra tidak cukup menutupi bumi tetapi perpanjangan umbra bulan yang menutupi bumi. Daerah di permukaan bumi yang terletak di perpanjangan umbra bulan mengalami gerhana cincin. Di daerah yang mengalami gerhana ini, matahari tampak bercahaya yang bentuknya seperti cincin. Sedangkan di bagian tengahnya tampak kabur. Dilansir dari mastugino.blogspot.co.id



Fenomena alam Gerhana Matahari Total (GMT) akan menyapa masyarakat Indonesia 9 Maret mendatang, pasalnya GMT kali ini sebagian besar melewati beberapa provinsi di Indonesia.
Gerhana matahari sering disangkut pautkan dengan hal-hal mistis, menurut pengamat gerhana, Muhammad Rayhan berbagai mitos membayangi peristiwa gerhana. Untuk itu, ia mengajak masyarakat berbagi pengetahuan untuk mengamati peristiwa GMT agar terbuka wawasan dalam memahami fenomena alam tersebut.
“Dulu, orang beranggapan bahwa matahari adalah dewa, jika sampai matahari tertutup oleh kegelapan, berarti matahari sudah dikalahkan oleh makhluk jahat, dan sebagainya. Sehingga, orang-orang akan serempak menolak aura jahat tersebut dengan membunyikan kentongan, dan yang lainnya. Ini terjadi saat ilmu pengetahuan belum memberikan jawaban, lain halnya dengan sekarang," ungkapnya dalam diskusi ‘Selamat Malam, Pagi’ yang diselenggarakan Tempo di Planetarium dan Observatorium, Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Kamis (25/02) lalu seperti yang dikutip dari lapan.go.id.
Sedangkan secara ilmiah, Kepala LAPAN, Prof. Dr. Thomas Djamaluddin mengawali presentasi dengan menyampaikan sejarah pengamatan dan proses terjadinya GMT. Ia memaparkan gerhana sebagai peristiwa astronomi suatu obyek yang menghalangi obyek lainnya. Berdasarkan teori Albert Einsteins, cahaya dibelokkan oleh suatu masa yang besar. Pada saat itu, gerhana pernah menjadi pembuktian dari teori fenomenal.
Ternyata, fenomena ini juga berdampak terhadap kehidupan hewan. Perubahan perilaku hewan akan sangat terlihat, antara lain burung berhenti berkicau, kehidupan menjadi sunyi, kelelawar keluar dari sarangnya, nyamuk juga semakin banyak mencari santapan, serta jangkrik yang mengeluarkan suara nyaringnya. Hal ini disebabkan, hewan-hewan tersebut mengalami kebingungan. Dilansir dari indonesiana.merahputih.com .
Sementara Secara umum, gerhana matahari total dapat diprediksi waktu dan tempat kejadiannya. Untuk memprediksi keberulangannya secara global, gerhana dikelompokkan ke dalam suatu kelompok yang disebut Siklus Saros tertentu.
Gerhana-gerhana pada Siklus Saros tertentu akan berulang hampir setiap 18 tahun 11 hari. Sebagai contoh, GMT 9 Maret 2016 adalah anggota ke 52 dari 73 anggota pada Siklus Saros ke 130.
Gerhana sebelumnya yang berasosiasi dengan GMT 9 Maret 2016 ini adalah GMT yang terjadi pada 26 Ferbruari 1998. Gerhana sesudahnya yang berasosiasi dengan GMT 9 Maret 2016 tersebut adalah GMT yang terjadi pada 20 Maret 2034.
Meski fenomena alam gerhana matahari total di suatu lokasi dapat diprediksi dengan baik, peristiwa tersebut tidak berulang di lokasi tersebut dengan siklus tertentu.
Gerhana matahari total sebelumnya yang dapat diamati di Indonesia adalah GMT pada 11 Juni 1983 yang jalur totalitasnya melewati Jawa, Sulawesi, dan Papua. Lalu GMT pada 18 Maret 1988 yang jalur totalitasnya melewati Sumatera dan Kalimantan.
Fenomena alam gerhana matahari total yang akan kembali dapat diamati di Indonesia adalah GMT pada 20 April 2023 yang jalur totalitasnya melewati Papua dan GMT pada 20 April 2042 yang jalur totalitasnya melewati Sumatra dan Kalimantan. Dilansir dari www.solopos.com 
Lain halnya dengan orang Muslim, Islam mengajarkan agar mengerjakan salat sunah gerhana saat terjadi gerhana matahari atau gerhana bulan, hal ini bertujuan untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah, karena fenomena gerhana merupakan tanda-tanda kebesaran Allah.
"Telah terjadi gerhana Matahari pada hari wafatnya Ibrahim putra Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam. Berkatalah manusia: Telah terjadi gerhana Matahari karana wafatnya Ibrahim. Maka bersabdalah Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam "Bahwasanya Matahari dan bulan adalah dua tanda dari tanda-tanda kebesaran Allah. Allah mempertakutkan hamba-hambaNya dengan keduanya. Matahari gerhana, bukanlah kerana matinya seseorang atau lahirnya. Maka apabila kamu melihat yang demikian, maka hendaklah kamu salat dan berdoa sehingga selesai gerhana." (HR. Bukhari & Muslim).

0 komentar:

luvne.com ayeey.com cicicookies.com mbepp.com kumpulanrumusnya.comnya.com tipscantiknya.com