Sebuah kisah yang menggetarkan hati dari Akun Fb seseorang yang
menggambarkan betapa Seorang ibu yang memiliki keihklasan dan kesabaran tak
terbatas, meski ada tangisan kesedihan itu lumrah terjadi. Sedang menjalani
proses persalinan, dimana anak yang dinanti kehadirannya sudah divonis
meninggal dalam kandungan.
Setelah lama tidak buka FB,
akhirnya buka FB hanya untuk
nulis. Saya tidak bermaksud
mencari simpatik publik, atau membesar2kan
sesuatu.. Saya menulis hanya
untuk berbagi dan berusaha untuk lebih tenang.
IUFD? Istilah yg tidak pernah
saya dengar sama sekali, tau
pun tidak tapi akhirnya saya
merasakannya..
Semua sudah Allah qodarkan..
Masih teringat, bagaimana
hebohnya saya dan suami membuka
olshop di Instagram setiap,
memilih semua yg terbaik buat calon buah hati, kami
berusaha mencicil semuanya agar
pengeluaran tidak membengkak pada akhirnya.
Kami sudah tau jenis kelamin
calon buah hati kami sejak usia kandungan 17
minggu, bayi perempuan, tapi
kami membeli semua yg berwarna netral dengan
anggapan bs saja Allah
mengganti jenis kelaminnya 'wallohualam'. Bahagia
rasanya saat barang2 itu sampai
di rumah.
Masih teringat, tendangan2
lembut buah hati kami di dalam
perut, terutama saat saya
menyentuh perut, terkadang kepala atau bagian
tubuhnya pun sudah bs
tersentuh..
Masih teringat jg senyum
bahagia suami setiap berangkat dan
pulang kerja bahkan nonton
bola.. Meneriakkan "dekk", mencium perut
dan mengelusnya sambil
menenangkannya..
Hari itu 22 Februari dini hari
saya merasakan gerakan
"tidak biasa" buah
hati kami yg memang aktif tapi pagi itu terlampau
aktif, saya berusaha
menenangkannya dengan membacakan alqur'an, solat, dan
menyetelkan Asmaul Husna dan
lagu dari Mozart favoritnya.. Dan benar saja,
gerakannya perlahan melembut
hingga tidak ada.
Senin itu saya berangkat kerja
seperti biasanya, tapi tak
saya rasakan sama sekali
gerakan adek yg biasanya aktif di siang hari, dlm 12
jam bukan hanya 10 gerakannya,
bisa lebih. Saya gelisah dan terus mencoba
menghubungi suami yg sedang di
Jakarta. Suami menenangkan, karena sebelumnya
adek pernah tidak bergerak
seharian tapi ternyata denyut jantungnya normal.
Saya hanya memperbanyak
istighfar dan segera pulang untuk istirahat.
Sesampainya di rumah saya
pancing adek untuk bergerak dengan meminum es krim,
makan manis, minum air putih,
tiduran miring, menyetelkan ayat suci alquran,
lagu dll.. Saya makin gelisah
dan ingin periksa ke bidan terdekat namun hujan
deras dan petir tidak juga
reda, hingga malam suami pulang pun adek tak kunjung
bergerak.
Selasa, 23 februari dini hari
saya bangun tidur, tersentak
dan mulai menangis sesenggukan,
yang suami bilang tidak biasanya. Saya makin
gelisah karna adek tidak juga
bergerak, saya meminta suami mengantarkan ke RSIA
tmpt kami biasa periksa tiap
bulannya. Kami masuk ruang bersalin di lantai 3
dan ditangani oleh bidan, suami
menunggu di luar.. Hingga 10 menit lebih bidan
mencoba mencari detak jantung
adek dengan doppler, tp tak kunjung terdengar
suara detakan yg menggemaskan
itu, bidan menanyakan "ibu jatuh?
Pendarahan? Flek? Pusing?"
saya hanya menggeleng, airmata mulai menetes
dan feeling saya semakin tidak
enak. Akhirnya bidan mengambil USG 2D, dan
berusaha mencari denyut jantung
adek di usg, tapi tidak juga ada tanda kedap
kedip di bagian tubuh adek, dan
benar saja kaki dan tangan yang biasanya aktif
di usg dan harian itupun tidak
terlihat. Airmata saya semakin tidak terbendung
dan bidan memanggil suami saya,
lalu menjelaskan semuanya tapi bidan tetap
berusaha menenangkan dan
menunggu dokter yang biasa menangani saya datang.
Suami yang terlihat sedih
langsung memeluk saya yang histeris dan menyalahkan
diri sendiri. "Adek
kemana? Aku salah makan ya yang? Kurang istirahat? Aku
salah apa? Adek,, kemana?
Maafin bunda nak..Yaa Allah adek udah 30 minggu"
suami mendekap semakin kuat dan
menenangkan "tunggu dokter dateng, jangan
putus asa"
Pukul 7 pagi dokter datang,
memeriksa dengan USG dan meminta
maaf. "Nyuwun sewu bu,
adek memang sudah tidak ada, tidak ada tanda denyut
jantungnya dan aliran darahnya
sudah terhenti, penyebabnya mungkin adek terlilit
tali pusat/tali pusatnya
terpilin/terikat, mengingat hasil tes ibu jg bagus,
tidak jatuh, adek pun
perkembangannya baik.. IUFD/ Kematian janin dalam
kandungan bs terjadi dlm waktu
singkat dan peyebabnya bs kita ketahui saat adek
sudah dilahirkan,, ibu yg
sabar"
Saya dan suami hanya terdiam,
tidak percaya dan saya hanya
menangis, suami mengingatkan
untuk terus istighfar dan istirja'.. Suami
menanyakan apa yang harus
dilakukan, dokter menjelaskan untuk melakukan upaya
melahirkan normal dengan
bantuan induksi tapi harus sabar, karena butuh waktu
dan menyakitkan untuk sang ibu.
Suami langsung mengurus
semuanya,, dan saya pun hanya
berharap buah hati kami segera
dikeluarkan dan dikuburkan secara layak..
"YaAllah, alhamdulillah
engkau telah memberi saya kesempatan
untuk bersamanya walau hanya 30
minggu, titip jaga dia untukku, aku tau, aku
dan suami punya tabungan pahala
di surgaMu, seorang bayi cantik tidak berdosa
yang sangat kami cintai, semoga
kami bisa terus belajar IKHLAS dan berHUSNUDZON
atas semua kehendakMu"
Amiiiiin
0 komentar: