Mata Air itu Jernih dan Bersih > Kultur itu Kearifan dan Kebijaksanaan > Spiritual itu Damai dan Hening >


Kisah Anindita (1) : Akhirnya aku tauu.. IUFD (Intra Uterine Fetal Death)

ad+1

Sebuah kisah yang menggetarkan hati dari Akun Fb seseorang yang menggambarkan betapa Seorang ibu yang memiliki keihklasan dan kesabaran tak terbatas, meski ada tangisan kesedihan itu lumrah terjadi. Sedang menjalani proses persalinan, dimana anak yang dinanti kehadirannya sudah divonis meninggal dalam kandungan.




Setelah lama tidak buka FB, akhirnya buka FB hanya untuk
nulis. Saya tidak bermaksud mencari simpatik publik, atau membesar2kan
sesuatu.. Saya menulis hanya untuk berbagi dan berusaha untuk lebih tenang.

IUFD? Istilah yg tidak pernah saya dengar sama sekali, tau
pun tidak tapi akhirnya saya merasakannya..

Semua sudah Allah qodarkan..

Masih teringat, bagaimana hebohnya saya dan suami membuka
olshop di Instagram setiap, memilih semua yg terbaik buat calon buah hati, kami
berusaha mencicil semuanya agar pengeluaran tidak membengkak pada akhirnya.
Kami sudah tau jenis kelamin calon buah hati kami sejak usia kandungan 17
minggu, bayi perempuan, tapi kami membeli semua yg berwarna netral dengan
anggapan bs saja Allah mengganti jenis kelaminnya 'wallohualam'. Bahagia
rasanya saat barang2 itu sampai di rumah.

Masih teringat, tendangan2 lembut buah hati kami di dalam
perut, terutama saat saya menyentuh perut, terkadang kepala atau bagian
tubuhnya pun sudah bs tersentuh..

Masih teringat jg senyum bahagia suami setiap berangkat dan
pulang kerja bahkan nonton bola.. Meneriakkan "dekk", mencium perut
dan mengelusnya sambil menenangkannya..

Hari itu 22 Februari dini hari saya merasakan gerakan
"tidak biasa" buah hati kami yg memang aktif tapi pagi itu terlampau
aktif, saya berusaha menenangkannya dengan membacakan alqur'an, solat, dan
menyetelkan Asmaul Husna dan lagu dari Mozart favoritnya.. Dan benar saja,
gerakannya perlahan melembut hingga tidak ada.

Senin itu saya berangkat kerja seperti biasanya, tapi tak
saya rasakan sama sekali gerakan adek yg biasanya aktif di siang hari, dlm 12
jam bukan hanya 10 gerakannya, bisa lebih. Saya gelisah dan terus mencoba
menghubungi suami yg sedang di Jakarta. Suami menenangkan, karena sebelumnya
adek pernah tidak bergerak seharian tapi ternyata denyut jantungnya normal.
Saya hanya memperbanyak istighfar dan segera pulang untuk istirahat.
Sesampainya di rumah saya pancing adek untuk bergerak dengan meminum es krim,
makan manis, minum air putih, tiduran miring, menyetelkan ayat suci alquran,
lagu dll.. Saya makin gelisah dan ingin periksa ke bidan terdekat namun hujan
deras dan petir tidak juga reda, hingga malam suami pulang pun adek tak kunjung
bergerak.

Selasa, 23 februari dini hari saya bangun tidur, tersentak
dan mulai menangis sesenggukan, yang suami bilang tidak biasanya. Saya makin
gelisah karna adek tidak juga bergerak, saya meminta suami mengantarkan ke RSIA
tmpt kami biasa periksa tiap bulannya. Kami masuk ruang bersalin di lantai 3
dan ditangani oleh bidan, suami menunggu di luar.. Hingga 10 menit lebih bidan
mencoba mencari detak jantung adek dengan doppler, tp tak kunjung terdengar
suara detakan yg menggemaskan itu, bidan menanyakan "ibu jatuh?
Pendarahan? Flek? Pusing?" saya hanya menggeleng, airmata mulai menetes
dan feeling saya semakin tidak enak. Akhirnya bidan mengambil USG 2D, dan
berusaha mencari denyut jantung adek di usg, tapi tidak juga ada tanda kedap
kedip di bagian tubuh adek, dan benar saja kaki dan tangan yang biasanya aktif
di usg dan harian itupun tidak terlihat. Airmata saya semakin tidak terbendung
dan bidan memanggil suami saya, lalu menjelaskan semuanya tapi bidan tetap
berusaha menenangkan dan menunggu dokter yang biasa menangani saya datang.
Suami yang terlihat sedih langsung memeluk saya yang histeris dan menyalahkan
diri sendiri. "Adek kemana? Aku salah makan ya yang? Kurang istirahat? Aku
salah apa? Adek,, kemana? Maafin bunda nak..Yaa Allah adek udah 30 minggu"
suami mendekap semakin kuat dan menenangkan "tunggu dokter dateng, jangan
putus asa"

Pukul 7 pagi dokter datang, memeriksa dengan USG dan meminta
maaf. "Nyuwun sewu bu, adek memang sudah tidak ada, tidak ada tanda denyut
jantungnya dan aliran darahnya sudah terhenti, penyebabnya mungkin adek terlilit
tali pusat/tali pusatnya terpilin/terikat, mengingat hasil tes ibu jg bagus,
tidak jatuh, adek pun perkembangannya baik.. IUFD/ Kematian janin dalam
kandungan bs terjadi dlm waktu singkat dan peyebabnya bs kita ketahui saat adek
sudah dilahirkan,, ibu yg sabar"

Saya dan suami hanya terdiam, tidak percaya dan saya hanya
menangis, suami mengingatkan untuk terus istighfar dan istirja'.. Suami
menanyakan apa yang harus dilakukan, dokter menjelaskan untuk melakukan upaya
melahirkan normal dengan bantuan induksi tapi harus sabar, karena butuh waktu
dan menyakitkan untuk sang ibu.

Suami langsung mengurus semuanya,, dan saya pun hanya
berharap buah hati kami segera dikeluarkan dan dikuburkan secara layak..

"YaAllah, alhamdulillah engkau telah memberi saya kesempatan
untuk bersamanya walau hanya 30 minggu, titip jaga dia untukku, aku tau, aku
dan suami punya tabungan pahala di surgaMu, seorang bayi cantik tidak berdosa
yang sangat kami cintai, semoga kami bisa terus belajar IKHLAS dan berHUSNUDZON
atas semua kehendakMu"


Amiiiiin

0 komentar:

luvne.com ayeey.com cicicookies.com mbepp.com kumpulanrumusnya.comnya.com tipscantiknya.com