Sebuah kisah yang menggetarkan hati dari Akun Fb seseorang yang menggambarkan betapa Seorang ibu yang memiliki keihklasan dan kesabaran tak terbatas, meski ada tangisan kesedihan itu lumrah terjadi. Sedang menjalani proses persalinan, dimana anak yang dinanti kehadirannya sudah divonis meninggal dalam kandungan.
Namanya "Anindita Ameerah Khairinniswa"...
Setelah mendengar vonis dokter, suami berusaha mengurus
semuanya dan menghubungi orangtua kami.. Ibu dan ayah langsung bergegas ke
Semarang, saya paham rasanya, ini cucu pertama mereka dan mereka pun pasti
sedih membayangkan lebaran tahun ini bisa menggendong cucunya akhirnya hanya
jadi impian..
Karena alasan satu dan lain hal, kami tidak jadi melakukan
tindakan persalinan di RSIA tersebut, kami pindah ke RS swasta lain.
Rabu pagi saya diantar suami, ibu, ayah, mama dan om ke RS
tersebut dan melakukan observasi lagi. Dokter obsygn tersebut juga memvonis
dengan hal yang sama, saya sudah tidak sanggup lagi melihat bayi yg sangat saya
cinta terdiam di layar USG. Tapi ada hal yang aneh, kepala adek yg tadinya
sudah di bawah hingga pemeriksaan kemarin, skrg berputar ke atas jadi sungsang.
Dokter pun heran melihatnya, mengingat ketuban yg jg tidak banyak dan adek
sudah tidak bernyawa.
Akhirnya pukul 11 saya masuk ruangan perawatan, dilanjutkan
pemeriksaan lab pukul 15, setelah hasil tes lab keluar, pukul 18 saya memulai
induksi pertama melalui jalan lahir, tak ada sakit yang saya rasakan cuma
airmata yang keluar tapi saya terus mencoba untuk stabil dan ikhlas agar adek
cepat dikeluarkan. Pukul 24 kembali dilakukan induksi melalui jalan lahir, saya
hanya merasakan pegal biasa.
Keesokan harinya dilakukan observasi kembali dan pukul 7
dilakukan induksi via infus, mules dan pegal mulai saya rasakan tp belum ada
pembukaan. Induksi via infus kedua pun dilakukan pukul 13, 4 jam kemudian
pembukaan baru seujung jari. Malam hari diputuskan untuk istirahat.
Jum'at 26 februari pukul 8 dilakukan induksi lg melalui
jalan lahir, hingga pukul 14 pembukaan masih 2, kemudian dilakukan induksi ke 4
via jalan lahir. Hingga pukul 20 pembukaan masih 2, saya dan suami hanya
berusaha berserah diri pd Allah, dan semua yg berkunjung menanyakan
"kenapa tidak disesar saja, biar janinnya cepat keluar dan ibunya
sehat". (Pada kasus IUFD dokter tidak akan menyarankan persalinan sesar
kecuali ada riwayat penyakit tertentu, mengingat sang janin sudah tidak ada,
sangat disayangkan kalo si ibu harus mengalami luka sesar dan menunggu lama
untuk hamil lg).
Pukul 20.30 dilakukan induksi ke3 via infus, saya mencoba
untuk terus tenang dan suami pun berusaha untuk menenangkan dengan candaannya.
Pukul 00.30 dilakukan pemeriksaan kembali dan ternyata sudah bukaan 3, darah
mulai mengalir dan kontraksi di perut makin sering datang. Infus ke4 dipasang
kembali dan darah terus mengalir, kontraksi makin sering, saya elus perut
"dek, bantu bunda ya nak". Cobaan datang kembali, dimana pukul 03.00
di kamar bersalin bilik sebelah saya seorang ibu melahirkan bayi perempuannya,
airmata tak kuasa saya bendung, saya membangunkan suami saya yang mulai tidak
enak badan. "Yang, bangun,, di sebelah ada yg lahiran, anaknya nangis trus,
ibunya asinya blm keluar daritadi" ucap saya seraya menyeka airmata dan
melihat asi saya yang terus keluar sepanjang kontraksi. Suami menenangkan dan
memeluk saya.
Pukul 7 sakit yang saya rasa semakin menjadi, tapi saya coba
kuat, karena ada ibu, suami dan bidan yang terus menyemangati dan menuntun
untuk istighfar, solawat.. Darah mengalir semakin banyak. Kontraksi pun semakin
sering dan sewaktu dicek masih bukaan 5. Saya sudah tidak kuat dan makin
menjadi keinginan untuk dioperasi saja. Tapi itu tidak dilakukan.
Akhirnya dokter datang pada pukul 8 dan memecah ketuban
saya, seketika saya mulai mengejan dan bokong si kecil sudah nampak, kemudian
dengan bantuan induksi saya mengejan lg hingga badan si kecil keluar. Tepat
pukul 9.17 akhirnya kepala anak kami keluar, tanpa tangisan dan ibu mengucapkan
"innalillahiwainnailaihiroji'un", tak lama plasenta adek jg keluar
dan benar saja tali pusat adek kecil dan membentuk pilinan, itu yang
menyebabkan adek meninggal karena kehabisan supply oksigen seketika.
Alhamdulillah bayi mungil kami lahir dengan rambutnya yang
tebal, wajah yang sudah seperti bayi cukup bulan, kulit yang putih bersih,
jari2 yang sudah terbentuk sempurna, lengkap, cantik..
Akhirnya bayi mungil itu kami beri nama dan kami kuburkan
dengan nama "Anindita Ameerah Khairinniswa" Permaisuri cantik yang
sempurna dan baik hati. Semoga Allah menempatkan dek Anin di tempat yang paling
indah amiiin amiiin amiiin
We ❤ u and always do.
0 komentar: