Mata Air itu Jernih dan Bersih > Kultur itu Kearifan dan Kebijaksanaan > Spiritual itu Damai dan Hening >


Kisah Anindita (2) : Cucu pertama yang sudah dinantikan akhirnya hanya impian yang tertunda

ad+1

Sebuah kisah yang menggetarkan hati dari Akun Fb seseorang yang menggambarkan betapa Seorang ibu yang memiliki keihklasan dan kesabaran tak terbatas, meski ada tangisan kesedihan itu lumrah terjadi. Sedang menjalani proses persalinan, dimana anak yang dinanti kehadirannya sudah divonis meninggal dalam kandungan.



Namanya "Anindita Ameerah Khairinniswa"...

Setelah mendengar vonis dokter, suami berusaha mengurus semuanya dan menghubungi orangtua kami.. Ibu dan ayah langsung bergegas ke Semarang, saya paham rasanya, ini cucu pertama mereka dan mereka pun pasti sedih membayangkan lebaran tahun ini bisa menggendong cucunya akhirnya hanya jadi impian..

Karena alasan satu dan lain hal, kami tidak jadi melakukan tindakan persalinan di RSIA tersebut, kami pindah ke RS swasta lain.

Rabu pagi saya diantar suami, ibu, ayah, mama dan om ke RS tersebut dan melakukan observasi lagi. Dokter obsygn tersebut juga memvonis dengan hal yang sama, saya sudah tidak sanggup lagi melihat bayi yg sangat saya cinta terdiam di layar USG. Tapi ada hal yang aneh, kepala adek yg tadinya sudah di bawah hingga pemeriksaan kemarin, skrg berputar ke atas jadi sungsang. Dokter pun heran melihatnya, mengingat ketuban yg jg tidak banyak dan adek sudah tidak bernyawa.

Akhirnya pukul 11 saya masuk ruangan perawatan, dilanjutkan pemeriksaan lab pukul 15, setelah hasil tes lab keluar, pukul 18 saya memulai induksi pertama melalui jalan lahir, tak ada sakit yang saya rasakan cuma airmata yang keluar tapi saya terus mencoba untuk stabil dan ikhlas agar adek cepat dikeluarkan. Pukul 24 kembali dilakukan induksi melalui jalan lahir, saya hanya merasakan pegal biasa.

Keesokan harinya dilakukan observasi kembali dan pukul 7 dilakukan induksi via infus, mules dan pegal mulai saya rasakan tp belum ada pembukaan. Induksi via infus kedua pun dilakukan pukul 13, 4 jam kemudian pembukaan baru seujung jari. Malam hari diputuskan untuk istirahat.

Jum'at 26 februari pukul 8 dilakukan induksi lg melalui jalan lahir, hingga pukul 14 pembukaan masih 2, kemudian dilakukan induksi ke 4 via jalan lahir. Hingga pukul 20 pembukaan masih 2, saya dan suami hanya berusaha berserah diri pd Allah, dan semua yg berkunjung menanyakan "kenapa tidak disesar saja, biar janinnya cepat keluar dan ibunya sehat". (Pada kasus IUFD dokter tidak akan menyarankan persalinan sesar kecuali ada riwayat penyakit tertentu, mengingat sang janin sudah tidak ada, sangat disayangkan kalo si ibu harus mengalami luka sesar dan menunggu lama untuk hamil lg).

Pukul 20.30 dilakukan induksi ke3 via infus, saya mencoba untuk terus tenang dan suami pun berusaha untuk menenangkan dengan candaannya. Pukul 00.30 dilakukan pemeriksaan kembali dan ternyata sudah bukaan 3, darah mulai mengalir dan kontraksi di perut makin sering datang. Infus ke4 dipasang kembali dan darah terus mengalir, kontraksi makin sering, saya elus perut "dek, bantu bunda ya nak". Cobaan datang kembali, dimana pukul 03.00 di kamar bersalin bilik sebelah saya seorang ibu melahirkan bayi perempuannya, airmata tak kuasa saya bendung, saya membangunkan suami saya yang mulai tidak enak badan. "Yang, bangun,, di sebelah ada yg lahiran, anaknya nangis trus, ibunya asinya blm keluar daritadi" ucap saya seraya menyeka airmata dan melihat asi saya yang terus keluar sepanjang kontraksi. Suami menenangkan dan memeluk saya.

Pukul 7 sakit yang saya rasa semakin menjadi, tapi saya coba kuat, karena ada ibu, suami dan bidan yang terus menyemangati dan menuntun untuk istighfar, solawat.. Darah mengalir semakin banyak. Kontraksi pun semakin sering dan sewaktu dicek masih bukaan 5. Saya sudah tidak kuat dan makin menjadi keinginan untuk dioperasi saja. Tapi itu tidak dilakukan.

Akhirnya dokter datang pada pukul 8 dan memecah ketuban saya, seketika saya mulai mengejan dan bokong si kecil sudah nampak, kemudian dengan bantuan induksi saya mengejan lg hingga badan si kecil keluar. Tepat pukul 9.17 akhirnya kepala anak kami keluar, tanpa tangisan dan ibu mengucapkan "innalillahiwainnailaihiroji'un", tak lama plasenta adek jg keluar dan benar saja tali pusat adek kecil dan membentuk pilinan, itu yang menyebabkan adek meninggal karena kehabisan supply oksigen seketika.

Alhamdulillah bayi mungil kami lahir dengan rambutnya yang tebal, wajah yang sudah seperti bayi cukup bulan, kulit yang putih bersih, jari2 yang sudah terbentuk sempurna, lengkap, cantik..
Akhirnya bayi mungil itu kami beri nama dan kami kuburkan dengan nama "Anindita Ameerah Khairinniswa" Permaisuri cantik yang sempurna dan baik hati. Semoga Allah menempatkan dek Anin di tempat yang paling indah amiiin amiiin amiiin


We u and always do.


0 komentar:

luvne.com ayeey.com cicicookies.com mbepp.com kumpulanrumusnya.comnya.com tipscantiknya.com